Sahabat, seberapa sering kita mengingat dua sosok yang sangat berjasa membesarkan kita, letih lelah dan peluh keringat yang terus mengucur sekian puluh tahun lamanya demi kelangsungan hidup kita, dialah orangtua kita,
Semiskin dan selelah apapun orangtua kita selalu berupaya menafkahi kita dari sejak lahir hingga kita bisa hidup mandiri,
Saat ini………Seberapa sering kita mengingat kebutuhan Beliau ?
Beliau kini yang sudah renta butuh teman bicara dan bercerita serta mendengarnya.
Beliau kini yang sudah tak mampu lagi bekerja butuh nafkah rutin kita untuk sekedar menegakkan punggungnya dan memelihara kesehatannya.
Beliau yang kini masih sehat dan kuat bekerja juga masih butuh apresiasi kita dengan beberapa rupiah atau hadiah walau tak seberapa mahal, hanya untuk sekedar ingin mengungkapkan kesyukurannya bahwa anaknya masih sangat perhatian dan sayang kepada dirinya dan sebagai bahan cerita kepada teman-teman sebayanya.
Beliau yang kini meninggalkan kita dan pergi entah kemana juga butuh maaf dan doa kita agar beliau diberikan hidayah dan menjadi manusia yang benar dan bertanggungjawab.
Apalagi jika Beliau telah wafat, di Alam Kubur sana Beliau sudah tidak mampu berbuat apa apa atas segala dosa dan khilaf yang pernah dilakukannya selama di Dunia, Beliau butuh SEDEKAH kita atas namanya, butuh QURBAN kita atas namanya, butuh WAKAF kita atas namanya dan butuh Amal Sholeh serta Doa kita untuk meringankan beban di tempat peristirahatan di Alam Kuburnya.
Seringkali kita beralasan jangankan untuk memberi Nafkah orangtua, untuk anak istri saja masih kurang, bahkan utangpun masih numpuk.
Bukankah ketika dulu kita sakit atau sedang membutuhkan banyak uang untuk sekolah dan kuliah kita, Beliau rela berhutang kesana kemari hanya agar kebutuhan kita terpenuhi ?
Sering juga kita beralasan bahwa orangtua kita masih mampu dan masih banyak harta kekayaannya, sehingga kita gak perlu repot repot memberikan nafkah kepada beliau,
Bukankah ketika kita sudah sukses dan hidup berkecukupan masih juga sering merepotkan dan butuh bantuan orangtua, butuh jadi wali, butuh untuk mendampingi ketika akan melahirkan, butuh menitipkan anak, dan satu lagi jika kita buka rekening Bank bukankah kita sangat butuh NAMA IBU KANDUNG kita ?
Apalagi jika orangtua kita meninggal lalu meninggalkan banyak harta kekayaan yang tidak sempat terfikir olehnya untuk mewakafkan sebagai bekal dirinya di Akhirat atau karena tidak ingin anaknya jatuh miskin, dan kini harta kekayaan itu jatuh di tangan kita,
Tegakah kita hidup dalam kesenangan tanpa mempedulikan bagaimana nasib orangtua kita di Alam Kubur sana ?
Sahabat, sebentar lagi ada kesempatan untuk ibadah QURBAN, bagi kita yang ingin berQurban untuk diri kita, orangtua kita dan keluarga kita, ditunggu Qurbannya untuk Para Santri Penghafal Al-Quran di Rumah Yatim Indonesia.